Farmakognosi Bab Semen

ARECAE SEMEN

Image result for ARECAE SEMEN
Nama Lain : Biji pinang, jambe
Nama Tanaman Asal : Areca catechu
Keluarga : Arecaceae
Zat berkhasiat : Alkaloida berupa arecolin, tannin, lemak
Penggunaan : Memperkecil pupil mata, obat cacing (anthelmintika) khususnya cacing pita, untuk makan sirih
Pemerian : Bau lemah, rasa kelat dan agak pahitA
Bagian yang digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

COFFEAE SEMEN

Image result for COFFEAE SEMEN

Nama Lain : Biji kopi
Nama Tanaman Asal : Coffea arabica Linden ex de Wildem disebut juga Coffea canephora piere ex Froehner varietas Robusta dan beberapa spesies Coffea lainnya
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat : Kofein, asam kofeotanat, ksantin
Penggunaan : Penawar racun (antidota), penurun panas (antipiretika), peluruh air seni (diuretik)
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pahit
Bagian yang digunakan : Biji yang telah disangrai dari buah masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

COLAE SEMEN

Image result for COLAE SEMEN

Nama Lain : Biji kola
Nama Tanaman Asal : Beberapa species cola antara lain : Cola Nitida dan Cola acuminata (Schott et Endl.)
Keluarga : Sterculiaceae
Zat berkhasiat : Kofeina, sebagian bebas dan sebagian terikat dengan zat penyamak sebagai kolatin dan kolatein, terdapat pula Theobromina, zat penyamak, kolaipase, kola-oksidase, zat warna merah kola
Penggunaan : Minuman yang menyegarkan seperti halnya dengan teh, kopi, guarana karena berisi kofeina
Pemerian : Bau lemah, rasa pahit dan sepat
Bagian yang digunakan : Keping biji dan inti biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

CUCURBITAE SEMEN

Image result for CUCURBITAE SEMEN

Nama Lain : Biji labu merah
Nama Tanaman Asal : Cucurbita moschata (Duchesne)
Keluarga : Cucurbitaceae
Zat berkhasiat : Minyak lemak, zat yang aktif terhadap pengobatan cacing pita, terdapat dalam embrio dan selaput hijaunya
Penggunaan : Obat cacing pita, diberikan sebagai emulsa segar
Pemerian : Tidak berbau, rasa seperti minyak
Bagian yang digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

FOENIGRAECI SEMEN

Image result for BIJI KLABET

Nama Lain : Biji klabet
Nama Tanaman Asal : Trigonella foenumgraecum (L.)
Keluarga : Papilionaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri, alkaloida trigonelin (alkaloida tanpa khasiat), lendir, minyak lemak, zat pahit, zat warna kuning
Penggunaan : Bahan pewangi
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa agak pahit, tidak enak
Bagian yang digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Waktu panen : Setelah berumur 3-4 bulan, tanaman dapat dipanen. Panenan dapat dilakukan setelah buah masak, tanaman dicabut, dijemur sampai buahnya kering. Buah yang kering ditumbuk untuk mengeluarkan bijinya. Setelah itu biji ditampi/diayak untuk memisahkan dari kotorannya yang masih terbawa, kemudian dijemur hingga kering dan disimpan.

MYRISTICAE SEMEN

Image result for MYRISTICAE SEMEN

Nama Lain : Pala, Nutmeg, Nux Moschata
Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt)
Keluarga : Myristicaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung miristin (bersifat membius), kamfen, minyak lemak terutama berupa gliserida dari asam miristinat, asam oleat dan asam linoleat, zat putih telur
Penggunaan : Bahan pewangi, karminativa, stimulansia setempat terhadap saluran pencernaan, miristin berkhasiat membius, menyebabkan rasa kantuk dan memperlambat pernafasan
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas dan agak menimbulkan rasa tebal di lidah
Bagian yang digunakan : Inti biji buah yang masak
Waktu panen : Setelah berumur 8-9 tahun, terus menerus berbunga dan berbuah sampai berumur 70 – 80 tahun. Agar pohon dapat berbuah baik, maka secara okulasi, cabang bunga jantan ditempelkan pada pohon betina. Pemungutan buah dilakukan 3x setahun, daging buah dibuang, selubung biji diambil hati – hati dipipihkan dan di jemur, biji juga dijemur atau dikeringkan diatas api sampai berbunyi. Apabila dikocok, dipecah, kulit biji dibuang dan diolesi kapur 
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

MYRISTICAE ARILUS

Related image

Nama Lain : Kembang pala, macis
Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt)
Keluarga : Myristicaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri terutama miristin, kamfen, eugenol, minyak lemak
Persyaratan kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 9% v/b
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pedas dan menimbulkan rasa tebal di lidah
Bagian yang digunakan : Selubung biji buah yang masak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

MYRISTICAE PERICARPIUM SEMEN

Image result for MYRISTICAE PERICARPIUM SEMEN

Nama Lain : Kulit buah pala
Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans
Keluarga : Myristicaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri terutama yang mengandung monofen (kamfen), eugenol, miristin, isoeugenol, minyak lemak
Penggunaan : Karminativa, aromatik
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pedas dan menimbulkan rasa tebal di lidah
Bagian yang digunakan : Kulit buah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

NIGELLAE DAMASCENAE SEMEN

Related image


Nama Lain : Biji jinten hitam manis
Nama Tanaman Asal : Nigella damascena
Keluarga : Ranunculaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri
Penggunaan : Karminativa
Pemerian : Bau harum khas, aromatik, rasa agak pedas dan lama – lama agak manis
Bagian yang digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

NIGELLAE SATIVAE SEMEN

Related image
Nama Lain : Biji jinten hitam pahit
Nama Tanaman Asal : Nigella sativa (L.)
Keluarga : Ranunculaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri, minyak lemak, glukosida beracun, melantin
Penggunaan : Stimulan, karminativa, diaforetika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pahit
Bagian yang digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

PARKIAE SEMEN

Related image
Nama Lain : Biji kedawung
Nama Tanaman Asal : Parkia roxburghii (G.Don.) atau Parkia Biglobosa (Bentha)
Keluarga : Mimosaceae
Zat berkhasiat : Glukosa dan dammar, hidrat arang , tannin, garam, alkali
Penggunaan : Antidiare, adstringen
Pemerian : Bau khas, rasa khas, agak pahit
Bagian yang digunakan : Biji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

STRYCHNI SEMEN

Image result for STRYCHNI SEMEN

Nama Lain : Biji strihni
Nama Tanaman Asal : Strychnos nux - vomica
Keluarga : Loganiaceae
Zat berkhasiat : Alkaloida terutama strichnina dan brusina, terdapat pula minyak, glukosid loganin
Penggunaan : Amara, stimulansia, antidota (pada keracunan obat tidur golongan barbiturat)
Pemerian : Tidak berbau, rasa sangat pahit
Bagian yang digunakan : Biji yang masak
Sediaan : Strychni Nitras – F.I.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Farnakologi Bab Kortikosteroid

Kortikosteroid
Image result for animasi bergerak obat
Kortikosteroid adalah nama jenis hormon yang merupakan senyawa regulator seluruh sistem homeostasis tubuh organisme agar dapat bertahan menghadapi perubahan lingkungan dan infeksi.
Hormon kortikosteroid terdiri dari 2 sub-jenis yaitu hormon jenis glukokortikoid dan hormon jenis mineralokortikoid. Keduanya memiliki pengaruh yang sangat luas, seperti berpengaruh pada perubahan lintasan metabolisme karbohidratprotein dan lipid, serta modulasi keseimbangan antara air dan cairan elektrolit tubuh; serta berdampak pada seluruh sistem tubuh seperti sistem kardiovaskular, muskuloskeletal, sarafkekebalan, dan fetal termasuk mempengaruhi perkembangan dan kematangan paru pada masa janin.


Pada sistem endokrin, kortikosteroid mempengaruhi aktivitas beberapa hormon yang lain. Misalnya mengaktivasi hormon jeniskatekolamin dan menstimulasi sintesis hormon adrenalin dari hormon noradrenalin, atau pada kelenjar tiroid, kortikosteroid menghambatsekresi hormon TSH dan menurunkan daya fisiologis tiroksin. Aktivitas hormon GH juga terhambat meskipun pada simtoma akromegali, kortikosteroid justru meningkatkan sekresi hormon GH dengan keberadaan hormon ACTH. Pada masa tumbuh kembang, terapi hormon kortikosteroid atau simtoma hiperkortisisme dapat menyebabkan pertumbuhan seorang anak terhenti sama sekali, sebagai akibat dari penurunan kematangan epiphyseal plates dan pertumbuhan tulang panjang. Dengan konsentrasi yang lebih tinggi, kortikosteroid akan menghambat sekresi hormon LH pada kelenjar gonad yang seharusnya dilepaskan sel gonadotrop sebagai respon atas stimulasi hormonal.
Pada sistem kardiovaskular, kortikosteroid memberikan efek pada respon miokardial, permeabilitas pembuluh darah kapiler dan pola denyut pembuluh darah arteriol.


Pada jaringan otot, kortikosteroid dengan konsentrasi yang setimbang, diperlukan bagi metabolisme pemeliharaan. Berubahnya kesetimbangan tersebut dapat menyebabkan berbagai kelainan, misalnya peningkatan aldosteron akan menyebabkan simtomahipokalemia yang membuat otot menjadi tidak bertenaga, sedangkan kadar glukokortikoid yang tinggi akan menyebabkan degradasi otot melalui lintasan katabolisme protein.
Kortikosteroid juga berdampak pada sistem saraf secara tidak langsung dalam banyak hal. Adanya peningkatan eksitabilitas otak pada simtoma hiperkortisisme dan setelah terapi mineralokortikoid, lebih disebabkan oleh ketidaksetimbangan elektrolit daripada perubahan konsentrasi sodium. Kortikosteroid juga meningkatkan hemoglobin dan sel darah merah, mungkin disebabkan oleh melemahnya mekanisme eritrofagositosis. Efek ini terlihat sebagai simtoma polisitemia pada sindrom Cushing dan, anemia normokromik ringan pada
penyakit Addison



Mekanisme kerja


Image result for MEKANISME KERJA KORTIKOSTEROID


  • Obat golongan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang sama dengan hormon cortisone dan hydrocortisone yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, kelenjar ini berada tepat diatas ginjal kita (lihat gambar). Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda maka kortikosteroid sanggup mereduksi sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi, makanya kalo orang dengan penyakit-penyakit yang terjadi karena proses dasar inflamasi seperti rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat) danalergi gejalanya bisa lebih ringan setelah pemberian kortikosteroid.
  • Walaupun tampaknya ada bermacam efek pada fungsi fisiologik, kortikosteroid tampaknya mempengaruhi produksi protein tertentu dari sel. Molekul steroid memasuki sel dan berikatan dengan protein spesifik dalam sitoplasma. Kompleks yang terjadi dibawa ke dalam nukleus, lalu menimbulkan terbentuknya mRNA yang kemudian dikembalikan ke dalam sitoplasma untuk membantu pembentukan protein baru, terutama enzim, sehingga melalui jalan ini kortikosteroid dapat mempengaruhi berbagai proses. Kortikosteroid juga mempunyai efek terhadap eosinofil, mengurangi jumlah dan menghalangi terhadap stimulus. Pada pemakaian topikal juga dapat mengurangi jumlah sel mast di mukosa. Kortikosteroid juga bekerja sinergistik dengan agonis β2 dalam menaikkan kadar cAMP dalam sel.
  • Pada waktu memasuki jaringan, glukokortikoid berdifusi atau ditranspormenembus sel membran dan terikat pada kompleks reseptor sitoplasmikglukokortikoid heat-shock protein kompleks. Heat shock protein dilepaskan dankemudian kompleks hormon reseptor ditranspor ke dalam inti, dimana akan berinteraksi dengan respon unsur respon glukokortikoid pada berbagai gen danprotein pengatur yang lain dan merangsang atau menghambat ekspresinya.
Related image
  • Pada keadaan tanpa adanya hormon, protein reseptor dihambat dari ikatannya denganDNA; jadi hormon ini tidak menghambat kerja reseptor pada DNA.
  • Perbedaan kerja glukokortikoid pada berbagai jaringan dianggap dipengaruhi oleh proteinspesifik jaringan lain yang juga harus terikat pada gen untuk menimbulkanekspresi unsur respons glukokortikoid utama.
  • Selain itu, glukokortikoid mempunyai beberapa efek penghambatan umpanbalik yang terjadi terlalu cepat untuk dijelaskan oleh ekspresi gen. Efek ini mungkin diperantarai oleh mekanisme nontranskripsi.

Pedoman pemakaian

  • Pengobatan kortikosteroid, terutama dengan jangka panjang, menimbulkan banyak efek yang tidak diinginkan maka sebelum memulai pengobatan harus dipertimbangkan untung dan ruginya terlebih dahulu.
  • Pada asma akut gunakan kortikosteroid dengan kombinasi obat lain secara tepat waktu, sesuai dengan konsep inflamasi yang terjadi pada asma .

Penggunaan Kortikosteroid Topikal


  • Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihanuntuk suatu penyakit kulit. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatankausal.
  • Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid topikal adalah psoriasis,dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dandermatitis solaris (fotodermatitis).
  • Pada dermatitis atopik yang penyebabnya belum diketahui, kortikosteroid dipakai dengan harapan agar remisi lebih cepat terjadi.
  • Dermatosis yang kurang responsif ialah lupus erimatousus diskoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosislipiodika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid,eksantema fikstum.
  • Pada umumnya dipilih kortikosteroid topikal yang sesuai, aman, efek sampingsedikit dan harga murah ; disamping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan,yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas tidaknya lesi, dalam dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi.
  • Perlu juga dipertimbangkan umur penderita.
  • Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3 kali per hari sampai penyakittersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis adalahmenurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang berupa toleransi akut yang berarti efek vasokontriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokontriksi akan timbul kembali dan akan menghilanglagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.

Ada beberapa cara pemakaian dari kortikosteroid topikal, yakni :


  • Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.
  • Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya 40 gram per minggu,sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik, pilihlahsalah satu dari golongan sedang dan bila perlu diteruskan denganhidrokortison asetat 1%.
  • Jangan menyangka bahwa kortikosteroid topikal adalah obat mujarab untuk semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu dermatosis tidak jelas, jangan pakai kortikosteroid poten karena hal ini dapat mengaburkanruam khas suatu dermatosis. Tinea dan scabies incognito adalah tinea danscabies dengan gambaran klinik tidak khas disebabkan pemakaian kortikosteroid.

Farnakologi Bab Kortikosteroid

Kortikosteroid Kortikosteroid  adalah nama jenis  hormon  yang merupakan  senyawa  regulator seluruh sistem  homeostasis   tubuh   org...